Mengupas Tuntas Filosofi di Balik ‘Neon Genesis Evangelion’: Makna Mendalam dari Kisah yang Tak Lekang oleh Waktu

Anime Neon Genesis Evangelion (Foto: elsaonline.com)

ANIMEBLOG.BIZ.ID - Jika berbicara tentang anime yang dianggap sebagai "masterpiece," Neon Genesis Evangelion pasti menjadi salah satu yang terlintas di benak banyak penggemar. Ditayangkan pertama kali pada tahun 1995, anime ini menjadi fenomena yang tidak hanya merajai dunia hiburan, tetapi juga mengajak para penontonnya merenungkan banyak aspek kehidupan. 

Karya yang diciptakan oleh Hideaki Anno ini tidak hanya populer karena aksi pertempuran mecha yang epik, tetapi juga karena kedalaman tema dan filosofi yang ada di baliknya. Namun, apa sebenarnya makna yang ingin disampaikan oleh anime ini? Mengapa banyak orang merasa bahwa Neon Genesis Evangelion memiliki dampak yang begitu besar?

Di artikel ini, kita akan mengupas tuntas filosofi dan pesan tersembunyi di balik Neon Genesis Evangelion yang menjadikannya salah satu anime paling ikonik dalam sejarah.

1. Eksistensialisme dalam Karakter dan Cerita

Neon Genesis Evangelion menggambarkan pencarian jati diri yang mendalam pada tokoh utamanya, Shinji Ikari. Shinji, seorang remaja berusia 14 tahun, dipaksa untuk mengemudikan robot raksasa (Eva Unit-01) dalam menghadapi ancaman makhluk asing yang disebut Angel. Namun, konflik dalam cerita tidak hanya berfokus pada pertempuran fisik antara manusia dan Angel, melainkan juga pada pergulatan batin yang dialami oleh Shinji.

Tema eksistensialisme sangat kental dalam cerita ini, di mana Shinji dan karakter-karakter lain mencoba memahami keberadaan mereka di dunia yang penuh kekacauan. Shinji berulang kali menghadapi pertanyaan tentang tujuan hidupnya dan alasan ia harus bertarung. Pertanyaannya, "Kenapa aku di sini?" atau "Kenapa aku harus mengemudikan Eva?" bukan hanya sekadar kalimat; itu adalah pertanyaan mendalam yang sering menghantui kehidupan manusia.

Filsafat eksistensialisme, yang dipopulerkan oleh filsuf seperti Jean-Paul Sartre dan Friedrich Nietzsche, menyatakan bahwa hidup adalah absurd dan penuh ketidakpastian, dan manusia harus menciptakan makna hidupnya sendiri. Shinji adalah cerminan dari konsep ini, seorang remaja yang dipaksa menghadapi kenyataan bahwa hidup tidak selalu memiliki tujuan yang jelas, dan terkadang makna hidup harus diciptakan sendiri.

2. Humanisme dan Hubungan Antar Manusia

Selain eksistensialisme, Neon Genesis Evangelion juga mengusung tema humanisme yang mendalam. Serial ini menyoroti ketidakmampuan manusia untuk benar-benar memahami satu sama lain, digambarkan melalui konsep yang disebut Hedgehog's Dilemma (dilema landak). Konsep ini menjelaskan bagaimana dua individu yang berusaha saling mendekat sering kali justru saling menyakiti karena "duri" mereka.

Karakter dalam anime ini, terutama Shinji, Rei, dan Asuka, memiliki banyak masalah dalam memahami diri mereka sendiri dan orang lain. Setiap karakter memiliki luka batin dan trauma yang menyebabkan mereka menjauhkan diri dari orang lain. Ironisnya, mereka semua mendambakan hubungan yang lebih dekat, namun ketakutan mereka akan disakiti justru menjadikan mereka semakin terisolasi.

Melalui Neon Genesis Evangelion, Hideaki Anno seolah ingin menyampaikan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, namun, pada saat yang sama, keintiman membawa risiko untuk terluka. Anime ini memperlihatkan bahwa interaksi antar-manusia sering kali penuh kontradiksi: kebutuhan akan kedekatan sekaligus ketakutan akan ditolak dan terluka.

3. Religi dan Simbolisme di Dalam Evangelion

Salah satu aspek yang paling menarik dari Neon Genesis Evangelion adalah penggunaan simbol-simbol religius, terutama dari agama Kristen dan Yahudi, seperti Salib, Pohon Kehidupan, serta konsep-konsep seperti dosa dan penebusan. Namun, Anno menyatakan bahwa penggunaan simbol-simbol ini tidak memiliki makna religius tertentu. Simbol-simbol tersebut digunakan lebih sebagai alat narasi yang memberi kesan mistis dan kompleks.

Misalnya, Angel yang merupakan musuh utama dalam cerita dianggap sebagai simbol ancaman dari luar yang harus dihadapi oleh manusia. Sementara, Eva Unit-01 sendiri bisa dianggap sebagai simbolisasi dari kekuatan primal yang tidak sepenuhnya dapat dikendalikan. Konflik antara manusia dan Angel dapat dilihat sebagai refleksi dari konflik antara manusia dengan "diri" mereka sendiri, sebuah pencarian tanpa akhir untuk pemahaman diri.

4. Pencarian Makna dan Identitas Diri

Selain eksistensialisme, tema utama lain yang ditekankan adalah pencarian identitas. Setiap karakter dalam Evangelion memiliki trauma dan ketakutan yang mendalam, terutama terhadap diri mereka sendiri. Shinji, Asuka, Rei, dan Misato memiliki kisah yang sangat personal, dan masing-masing mewakili aspek pencarian identitas yang berbeda.

Shinji, misalnya, adalah karakter yang selalu merasa kosong dan bergumul dengan rendahnya harga diri. Dia merasa tidak layak dicintai dan takut akan penolakan. Asuka, di sisi lain, menunjukkan ketakutan yang berlebihan akan inferioritas dan kegagalan, berusaha keras membuktikan dirinya pada orang lain. Sementara Rei adalah karakter yang sangat menarik karena pencariannya terhadap identitas "dirinya" sebagai manusia.

Neon Genesis Evangelion menunjukkan bahwa pencarian makna dan identitas tidaklah mudah. Anime ini mengajarkan bahwa mungkin tidak ada jawaban yang pasti, dan terkadang hanya melalui pengalaman serta penerimaan terhadap kelemahan diri, manusia dapat mulai menemukan siapa mereka sebenarnya.

5. Depresi dan Kesehatan Mental: Refleksi dari Pencipta

Menariknya, Neon Genesis Evangelion bukan sekadar fiksi yang jauh dari kenyataan. Hideaki Anno, pencipta anime ini, mengalami depresi berat selama proses produksi. Pengalamannya ini tercermin dalam karakter dan alur cerita yang gelap serta penuh dengan perenungan. Depresi yang dirasakan oleh Anno menjadi inspirasi untuk menggambarkan perjuangan batin dan ketidakberdayaan yang dialami oleh Shinji dan karakter-karakter lainnya.

Serial ini juga menjadi salah satu anime yang pertama kali membawa topik kesehatan mental ke dalam sorotan utama. Dengan berani, Evangelion membahas rasa putus asa, ketakutan eksistensial, serta depresi yang dialami oleh para karakter. Penonton diajak untuk merasakan pergulatan emosional yang dialami oleh tokoh-tokoh ini, sehingga membuat serial ini terasa realistis dan menyentuh.

Kesimpulan

Neon Genesis Evangelion bukan sekadar anime aksi dengan adegan mecha yang spektakuler. Anime ini adalah refleksi mendalam tentang kehidupan manusia, pencarian identitas, dan perjuangan melawan diri sendiri. Dengan memadukan unsur eksistensialisme, humanisme, simbolisme religius, serta isu kesehatan mental, Evangelion berhasil menciptakan sebuah karya yang penuh makna dan memberikan ruang bagi penontonnya untuk merenung.

Bagi mereka yang baru menonton, atau bahkan yang sudah menonton berkali-kali, selalu ada lapisan makna baru yang dapat ditemukan dalam cerita ini. Neon Genesis Evangelion adalah pengingat bahwa kehidupan adalah perjalanan penuh misteri dan tantangan, dan bahwa mencari makna di dalamnya adalah bagian dari eksistensi manusia.

Apakah kamu tertarik untuk menyelami lebih jauh filosofi yang dibawa oleh anime ikonik ini? Saksikanlah Neon Genesis Evangelion dan temukan sendiri makna yang tersirat di dalamnya.

Post a Comment

0 Comments